Saturday, April 23, 2011

The Lessons Behind the Competition

Everything happens for a reason. Saya begitu meyakini kalimat itu. Bencana alam yang bertubi-tubi menimpa negeri kita, serangan ulat bulu yang serta merta menghebohkan banyak orang, hingga persoalan pribadi yang membuat saya dipaksa untuk “dewasa” terlalu dini. Semuanya terjadi dari rangkaian sebab. Dan sudah pasti ada alasan, ada pula akibatnya.

Di dunia ini saya tidak pernah percaya kebetulan. Karena segalanya terjadi atas alasan tertentu, maka kebetulan terkadang hanya menjadi sebuah pembenaran bagi segelintir orang saja. Pun tentang nasib dalam sebuah perlombaan, misalnya. Menang kalah selalu muncul diatas alasan, bukan karena kebetulan. Yang menang bukan berarti kebetulan menang, tapi pasti karena lebih dari yang kalah. Entah lebih baik, atau lebih mujur. Mujur pun bukan pula sebuah kebetulan. Lebih mujur karena lebih banyak berdoanya, bisa saja.  

Tentang lomba, beberapa hari lalu saya dan teman-teman baru saja mengikuti tiga lomba sekaligus. Ya, kita memang penggila lomba seperti biasa (penggila hadiah lebih tepatnya!). Pertama, Lomba yang tidak cukup penting, tidak ada pengaruh signifikan bagi masa depan kami. Dan masuk CV pun saya bilang tidak layak  (mwahahahaha). Tapi lagi-lagi, hadiahnya sangat menggiurkan bagi wanita-wanita yang doyan belanja dan nyalon seperti kami. Dua yang lain adalah lomba Bisnis Plan. Sedikit lebih penting dan bermutu.



Sunsilk Conditioner Competition




Nielsen Challenge. Biarpun kalah yg penting suporter paling rame :p



National PR Contest : kalah yo ben. Sing penting udah show off pake almamater UGM

Untuk ketiganya, kami sama-sama berambisi untuk menang. Pasti. Setiap perlombaan pasti yang menang yang dicari. Untuk lomba yg tidak penting itu, bahkan kami sampai membuang urat malu jauh2, menjadi sales door to door dan rela dihujat dg cap norak, kampungan. Oke. Kami terima. Karena memang iya. hahaha.  

Waktu itu saya sampai rela menembus dingin dan hujan demi garap proposal. Teman yang lain sampai begadangan, lari-lari ke kantor pos. Semuanya demi satu tujuan yang kami kejar. MENANG!

Tapi lagi-lagi dalam setiap perlombaan kemungkinannya tidak hanya MENANG. Dan tebak saja, kami mendapati kenyataan bahwa kami KALAH. menyakitkan. Apalagi ketika sudah berekspetasi begitu tinggi di awal. Dan persoalan KALAH ini saya yakin bukanlah kebetulan. Kami kalah, dan LAYAK, karena kami mengerjakan semuanya hanya dalam hitungan jam.

Kekalahan ini saya yakini sebagai akibat dari rangkaian sebab. Yang panjang. Yang mencoba menjelaskan bahwa semua yang ingin dikejar dalam hidup itu butuh usaha. Segalanya tidak ada yang kebetulan, tapi beralasan, dan ada akibat lain yang ingin ditunjukkan dari alasan itu, hingga yang tidak kita harapkan atau tak disadari sekalipun.

Setidaknya, perlombaan ini membuat kami yang bersahabat lebih dekat. Yang tadinya lekang oleh kesibukan masing-masing menjadi bersama kembali. Setidaknya kami senang bisa berhaha hihi, bisa semalaman ngobrak abrik lemari Mirah Mahaswari dan punya foto bagus yang tidak pernah kami punya (kasian!). Kami memungut lagi kepingan otak untuk mendapati ilmu pemasaran dan promosi yang sudah bertahun-tahun kami pelajari tapi tak kunjung mengerti.

Kalah membuat kami belajar, bahwa dalam setiap usaha juga harus disertai doa. Bahwa niat besar tidak akan berarti jika minim realisasi. Kami belajar untuk mengurangi ketamakan, menyadari bahwa kami masih jauh dari sempurna. Dan yang paling sulit, berbesar hati mengakui bahwa orang lain lebih baik dari kita. There is a lesson behind the competition, always.

Selamat berjuang untuk tantangan lain, kawan! Kesempatan itu ada jika kita mau mencarinya bukan? Selamat hari ini…!


** Ini beberapa kompetisi dalam lingkup kelas yang pernah kami ikuti.



Masih ingatkah? Masa Kejayaan PSTV, Juara 2. 

trio singo dalam Negosiasi Situ Gintung, waarrrw...

Another Past Competition, dg lingkup lebih kecil. Masih cupuuu bok!



** Nyari Foto Pas Presentasi Mizone gak ketemu...padahal itu salah satu karya PALING FENOMENAL.








No comments:

Post a Comment